4.1 Pendekatan Sistem
Pendekatan
sistem sebagai “sebuah teknik dalam menerapkan pendekatan ilmiah untuk
pemecahan masalah-masalah yang kompleks yang menekankan pada analisis dan
perancangan secara menyeluruh atau ada juga yang berpendapat sebagai filosofi
atau persepsi tentang struktur yang terkodinir secara efisien dan optimal dalam
menjalankan aktivitas-aktivitas dan operasi perusahaan dalam organisasi apapun.
Pada dasarnya, pendekatan sistem merupakan kerangka kerja umum dalam
pengambilan keputusan yang berdasarkan pada empat pandangan utama :
1.
Pendekatan
sistem mengharuskan kita menentukan suatu sistem dalam bentuk karakteristik
seperti yang diperkenalkan pada bagian sebelumnya.
2.
Pendekatan
sistem mengharuskan kita mempertimbangkan sistem secara keseluruhan. Kita tidak
boleh hanya memfokuskan pada komponen atau subsistem tertentu, akan tetapi kita
harus memfokuskan pada pencapaian tujuan sistem secara keseluruhan.
3.
Pendekatan
sistem berasumsi bahwa selalu ada beberapa alternative, karena itu ada lebih
dari suatu cara dalam pemecahan masalah dan kesulitannya terletak dalam memilih
alternatif yang paling baik.
4.
Pendekatan
sisitem merupakan penerapan metode ilmiah yang tahapannya sebagai berikut.
a)
Lakukan
observasi terhadap situasi dan permasalahan yang ada.
b)
Tentukan
permasalahn yang dapat diidentifikasi.
c)
Rumusan
rencana penelitian (hipotesis).
d)
Kumpulan
data dan melakukan pengujian hipotesis.
e)
Rumusan
hipotesis baru dan kesimpulan.
f)
Dokumentasi
hasil penelitihan.
Dengan
menggunakan metode ilmiah, pendekatan sistem member keyakinan bahwa tidak ada
pertanyaan yang biasa, sehingga mengurang kesempatan munculnya kesalahan. Dalam buku Jhon Dewey (1910) diidentifikasi
ada 3 seri penilaian dalam memecahkan suatu kontrofersi yang memadai :
a.
Mengenali
kontrofersi
b.
Menimbang
klaim alternatif
c.
Membentuk
penilaian
Tahap-tahap dan
langkah-langkah pendekatan sistem:
Tahap I : usaha persiapan
Langkah 1 : memandang perusahaan sebagai suatu
sistem.
Langkah 2 : Mengenali sistem lingkungan.
Langkah 3 : Mengidentifikasi subsiste perusahaan
Tahap II : usaha definisi
Langkah 4 : Bergarak dari tingkat sistem ke
subsistem
Langkah 5 : menganalisis sebagian sistem dalam
urutan tertentu
Tahap III :
usaha solusi
Langkah 6 : Mengidentifikasi solusi alternatif
Langkah 7 : Mengevaluasi solusi alternatif
Langkah 8 : Memilih solusi terbaik
Langkah 9 : Menerapkan solusi terbaik
Langkah 10 : Membuat tindak lanjut bahwa solusi itu
efektif
A.
Penerapan
Pendekatan Sistem
Inti dari
prosedur-prosedur yang sering kali diusulkan dalam menerapkan pendekatan sistem
di dalam tahapan-tahpan metode ilmiahnya sebagai berikut:
1.
Tahap
Pertama (pernyataan tujuan)
Ketika kita menentukan tujuan, kita
sebenarnya menentukan sasaran yang ingin dicapai, untuk menentukan apakah
output yang dihasilkan sesuai dengan output yang diharapkan. Maka tujuan harus
dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur dan harus ditentukan kriteria
kinerja.
2.
Tahap
kedua ( sintesa)
Mengkombinasikan bagian-baigian atau
elemen untuk membentuk suatu kesatuan. Sintesa dimulai dengan mengidetifikasi
komponen-komponen suatu sistem tertentu untuk dipilih kaitannya dan
keterbatasan yang dimiliki baik oleh lingkungan atau sistem itu sendiri.
3.
Tahap
ketiga (evaluasi)
Menilai setiap alternative sistem terasa
terperinci untuk menilai kinerja dan menentukan sejauh mana sistem tersebut
dapat memenuhi target yang ditentukan.
4.
Tahap
empat (pemilihan)
Kita melaksanakan pemilihan terakhir
dari beberapa alternative sisitem dari bersarkan sistem hasil penilaian kita.
Suatu hal yang perlu disadari dari proses pemilihan adalah bahwa suatu sistem
apapun akan menjadi sempurna dalam berbagai pertimbangan dan ini hal yang tidak
dikehendaki.
5.
Tahap
lima (penerpan)
Penerapan sistem merupakan arah dimana
kita pada akhirnya akan menemukan sebaik atau seburuk apa sistem kita bekerja
dalam mencapai tujuannya.
4.2
Siklus Hidup
Sistem
Siklus hidup
sistem adalah penerapan pendekatan sistem untuk pengembangan sistem atau sub
sistem informasi berbasis computer. SLC terdiri dari serangkaian tugas yang
erat mengikuti langkah-langkah pendekatan sistem. SLC sering disebut sebagai
pendekatan air terjun bagi pengembangan dan penggunaan sistem.
Tahap-tahap Sikus Hdisup Sistem
Empat tahap yang
pertama adalah perencanaan analisis rancangan dan penerapan. Tahap-tahap ini
secara bersama-sama dinamakan siklus hidup pengembangan sistem. Tahap
kelimaadalah tahap penggunaanya, yang berlangsung sampai sudah waktunya untuk
merancang sistem itu kembali. Proses merancang kembali mengakibatkan siklus itu
akan diulangi lagi.
1.
Tahap
Perencanaan
Langkah-langkah dalam tahap perencanaan
:
1.
Menyadari
masalah
2.
Mendefinifkan
Masalah
3.
Menentukan
tujuan sistem
4.
Mengidentifikasi
kendala-kendala sistem
5.
Membuat
studi kelayakan
6.
Mempersiapkan
usulan penelitian sistem
7.
Menyetujui
atau menolak penelitian proyek
8.
Menetapkan
mekanise pengendalian
2.
Tahap
Analisis
1.
Mengumumkan
Penelitian Sistem
2.
Mengorganisasikan
Tim proyek
3.
Mendefinisikan
kebutuhan informasi
4.
Mendefinisikan
criteria kinerja sistem
5.
Menyiapkan
usulan rancangan
6.
Menyetujui
atau menolak rancangan proyek
3.
Tahap
Rancangan
1.
Menyiapkan
rancangan sistem yang terinci
2.
Mengidentifikasikan
berbagai alternatif konfigurasi sistem
3.
Mngevaluasi
berbagai alternatif konfigurasi sistem
4.
Memilih
konfigurasi yang terbaik
5.
Menyiapkan
usulan dalam penerapan
6.
Menyetujui
atau menolak penerapan sistem
4.
Tahap
Penerapan
1.
Merencanakan
penerapan
2.
Mengumumkan
penerapan
3.
Mendapatkan
sumberdaya perangkat keras
4.
Mendapatkan
sumber daya perangkat lunak
5.
Menyiapkan
data base
6.
Menyiapkan
fasilitas fisik
7.
Mendidik
peserta dan pemakai
8.
Menyiapkan
usulan cutover
9.
Menyetujui
atau menolak masuk ke sistem baru
10.
Masuk
ke sistem baru
5.
Tahap
Penggunaan
1.
Menggunakan
sistem
2.
Audit
sistem
3.
Memelihara
sistem
4.
Menyiapkan
usulan rekayasa ulang
5.
Menyetujui
atau menolak rekayas ulang sistem
4.3
Prototyping
merupakan salah
satu metode pengembangan perangat lunak yang banyak
digunakan.
Dengan metode prototyping ini pengembang dan pelanggan dapat saling
berinteraksi selama proses pembuatan sistem.
berinteraksi selama proses pembuatan sistem.
Untuk mengatasi
ketidakserasian antara pelanggan dan pengembang , maka harus
dibutuhakan kerjasama yanga baik diantara keduanya sehingga pengembang akan
mengetahui dengan benar apa yang diinginkan pelanggan dengan tidak mengesampingkan segi-segi teknis dan pelanggan akan mengetahui proses-proses dalm menyelasaikan sistem yang diinginkan. Dengan demikian akan menghasilkan sistem sesuai dengan jadwal waktu penyelesaian yang telah ditentukan.
Kunci agar model prototype ini berhasil dengan baik adalah dengan mendefinisikan
aturan-aturan main pada saat awal, yaitu pelanggan dan pengembang harus setuju bahwa
prototype dibangun untuk mendefinisikan kebutuhan. Prototype akan dihilangkan sebagian
atau seluruhnya dan perangkat lunak aktual aktual direkayasa dengan kualitas dan
implementasi yang sudah ditentukan.
dibutuhakan kerjasama yanga baik diantara keduanya sehingga pengembang akan
mengetahui dengan benar apa yang diinginkan pelanggan dengan tidak mengesampingkan segi-segi teknis dan pelanggan akan mengetahui proses-proses dalm menyelasaikan sistem yang diinginkan. Dengan demikian akan menghasilkan sistem sesuai dengan jadwal waktu penyelesaian yang telah ditentukan.
Kunci agar model prototype ini berhasil dengan baik adalah dengan mendefinisikan
aturan-aturan main pada saat awal, yaitu pelanggan dan pengembang harus setuju bahwa
prototype dibangun untuk mendefinisikan kebutuhan. Prototype akan dihilangkan sebagian
atau seluruhnya dan perangkat lunak aktual aktual direkayasa dengan kualitas dan
implementasi yang sudah ditentukan.
metode
prototyping
metode
prototyping meliputi langkah-langkah :
1. Pemilahan
fungsi
2. Penyusunan
Sistem Informasi
3. Evaluasi
4. Penggunaan
Selanjutnya
Ada 2 Jenis
Prototype :
Jenis I : Suatu
Sistem yang akan menjadi sistem operasional
Jenis II : Suatu
model yang dapat dibuang yang berfungsi sebagai cetak biru bagi sistem
operasional.
Jenis-jenis
prototyping meliputi:
1. Feasibility
prototyping
2. Requirement
prototyping
3. Desain Prototyping
4.
Implementation prototyping
Teknik-teknik
prototyping meliputi:
1. Perancangan
Model
2. Perancangan
Dialog
3. Simulasi
Prototyping
Tools
1. Draw/Paint
Program, contoh: Photoshop, Coreldraw
- Menggambar
setiap layar, baik untuk dilihat.
- Prototype
horisontal, tipis.
- Adobe
Photoshop.
2. Scripted
Simulations/Slide Show,
contoh:
Powerpoint, Hypercard,Macromedia Director, HTML.
- Letakkan
tampilan seperti storyboard dengan (animasi) perubahan diantaranya.
- Dapat
memberikan user catatan yang sangat spesifik.
-
Disebut chauffeured prototyping.
- Macromedia
Director.
3. Interface
Builders, contoh: Visual Basic, Delphi, UIMX.
- Tools untuk
menampilkan jendela, kendali, dan lain-lain dari interface.
contoh :
Fitur yang baik
- Mudah
dikembangkan dan memodifikasi layar.
- Mendukung
jenis interface yang dikembangkan.
- Mendukung
berbagai macam divasi Input/Output.
- Mudah untuk
memodifikasi dan menghubungkan layar.
- Mengijinkan
memanggil prosedur eksternal dan program.
- Mengijinkan
mengimpor teks, grafik, media lain.
- Mudah untuk
dipelajari dan digunakan.
- Dukungan yang
baik dari vendor.
4.4 Pengembangan Aplikasi Cepat (RAD : Rapid Application
Development)
Konsep
pengembangan Aplikasi cepat RAD ( Rapid Application Development ) dipelopori
oleh James Martin. Konsep ini diterapkan pada daur hidup pengembangan sistem
dengan tujuan untuk mempercepat pengembangan sistem dan pengembangan hasil
dengan kualitas yang lebih baik daripada daur hidup pengembangan sistem
tadisional. RAD adalah sekumpulan strategi, metodologi danperangkat yang
terpadu yang ada dalam suatu kerangka kerja yang disebut rekayasa informasi /
Information Engineering. Perangkat RAD umumnya terdiri atas perangkat CASE dan
bahasa generasi keempat, yang menyediakan fasilitas diantaranya prototype dan
pembangkitan kode.
Perangkat CASE
Pada kebanyakan
literatur Case singkatan dari Computer Aided Software Engineering, yaitu proses
penggunaan teknologi perangkat lunak komputer untuk mendukung otomasi dalam
pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi komputer.
Tujuan CASE
bertujuan untuk
mengalihkan sejumlah beban pada pengembangan dari manusia pengembang sistem
kepada komputer. CASE banyak dipakai saat ini karena banyak meningkatkan
produktifitas.
4.5 Menempatkan SDLC Tradisional, Prototyping, RAD, Pengembangan Berfase dan BPR dalam
Perspektif.
SDLC adalah
proses evolusioner yang diikuti dalam menerapkan system atau subsistem
informasi berbasis komputer. SDLC terdiri dari serangkaian yang erat yang
mengikuti langkah-langkah pendekatan system. Karena tugas-tugas tersebut
mengikuti suatu pola yang teratur dan dilakukan secara top-down, SDLC sering
disebut sebagai Pendekatan Air terjun (waterfall approach).
a. Tahap-tahap
siklus hidup system, yang dikenal dengan SDLC.
b. Pengelolaan
Siklus Hidup yang dikelola oleh unit jasa informasi
c. Tanggung Jawab
ekesekutif.
Perencanaan
Analisis
Desain
Implementasi
Penggunaan
Pengembangan
Berfase dan BPR dalam Perspektif
Prototyping, RAD dan pengembangan berfase dapat
digunakan di dalam suatu proyek BPR untuk memenuhi kebutuhan pengguna dengan
cara terbuka
I.
Alat-alat Pengembangan Sistem
Pendekatan sistem dan berbagai siklus hidup
pengembangan sistem adalah metodologi
cara-cara
yang direkomendasikan dalam memecahkan masalah-masalah sistem.
Diagram
Arus Data
Diagram
arus data (data flow diagram - DFD) adalah penyajian grafis dari sebuah sistem
yang mempergunakan 4 bentuk simbol untuk mengilustrasikan bagaimana data mengalir
melalui proses-proses yang saling tersambung.
Simbol-simbol tersebut mencerminkan:
Unsur-unsur lingkungan
Proses
Arus
data
Penyimpanan data
Diagram Arus Data Bertingkat
- Diagram
Konteks
Diagram
konteks (context diagram) menempatkan sistem dalam suatu konteks lingkungan.
- Diagram Nomor N
Diagram
nomor n (figure n diagram) mendokumentasikan satu proses dari sebuah DFD dengan
tingkat detail yang lebih besar.
Kasus
Penggunaan
Kasus penggunaan (use case) adalah suatu uraian
naratif dalam bentuk kerangka dari dialog yang terjadi antara sistem primer
dengan sekunder.
1. Kapan Menggunakan Diagram Arus Data dan Kasus
Penggunaan
Diagram
arus data dan kasus penggunaan sering kali dibuat selama tahap-tahap
investigasi awal dan analisis dari metodologi pengembangan berfase.
Manajemen
Proyek Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan
sistem informasi yang berbasis komputer dapat merupakan tugas kompleks yang
membutuhkan banyak sumber daya dan dapat memakan waktu berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Proses pengembangan system melewati
beberapa tahapan dari mulai system itu direncanakan sampai dengan system
tersebut diterapkan, dioperasikan dan dipelihara. Bila operasi system yang
sudah dikembangkan masih timbul kembali permasalahan-permasalahan yang kritis
serta tidak dapat diatasi dalam tahap pemeliharaan system, maka perlu
dikembangkan kembali suatu system untuk mengatasinya dan proses ini kembali ke
tahap yang pertama, yaitu tahap perencanaan system. Siklus ini disebut dengan
siklus hidup suatu system (system life cycle). Daur atau siklus hidup dari
pengembangan system merupakan suatu bentuk yang digunakan untuk
menggambarkan tahapan utama dan langkah-langkah di dalam tahanpan tersebut
dalam proses pengembangannya.
Dari
sekian banyak siklus pengembangan system menurut beberapa penulis sejak tahun
1970 an, diambil salah satu yang akan menjadi acuan kita mengenai pengembangan
system ini, yaitu menurut John Burch, Gary Grudnitski, Information Systems,
Theory and Practice (new York: John Wiley & Sons) yang menuliskan tahapan
pengembangan system sebagai berikut:
- Kebijakan dan perencanaan system
(System policy and planning)
- Pengembangan sistem (system
development)
- Analisis sistem (system analysis)
- Desain sistem secara umum (general
system design)
- Penilaian sistem (system
evaluation)
- Desain syitem terinci (detailed
system design)
- Implementasi system (system
implementation)
Mengestimasi
Biaya Proyek
Mengestimasi waktu dan uang yang dibutuhkan untuk
mengembangkan sebuah sistem telah lama menjadi satu tugas yang menantang.
Semua metode ini kurang lebih mengandalkan pada 3
komponen:
- Informasi
mengenai sistem tertentu yang sedang dibuat dan orang yang akan melakukan
pengembangan
- Pengalaman
historis
- Pengetahuan
mengenai proses pengembangan peranti lunak dan alat-alat serta teknik
estimasi.
Input Pengestimasian Biaya
- Kebutuhan sumber daya (resource requirement)
- Tarif sumber daya (resource rate)
- Estimasi durasi aktivitas (activity duration estimates)
- Informasi historis (historical information)
Alat-alat dan Teknik Pengestimasian Biaya
- Estimasi analogis (analogous estimating)
- Estimasi dari bawah ke atas (bottom-up estimating)
- Alat-alat terkomputerisasi (computerized tools)
- Model-model matematis (mathematical models)
Output Pengestimasian Biaya
- Estimasi biaya
- Detail-detail pendukung
- Rencana manajemen biaya (cost-management plan)
4.6
Pembuatan Keputusan
Pembuatan
keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini memainkan peranan
penting, terutama bila manajer melaksanakan fungsi perencanaan. Perencanaan
menyangkut keputusan-keputusan sangat penting dan jangka panjang yang dapat
dibuat manajer. Dalam proses perencanaan, manajer memutuskan tujuan-tujuan
organisasi yang akan dicapai, sumber daya-sumber daya yang akan digunakan, dan
siapa yang akan melaksanakna setiap tugas yang dibutuhkan. Seluruh proses
peerenacanaan itu melibatkan manajer dalam serangkaian situasi pembuatan
keputusan. Kualitas keputusan-keputusan manajer akan menentukan efektifitas
rencana yang disusun. Pembuatan keputusan (decision making) menggambarkan
proses melalui mana serangkaian kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu
masalah tertentu. George P. Huber membedakan pembuatan keputusan dari pembuatan
pilihan ( choice making) dan dari pemecahan masalah ( problem solving). Dipihak
lain, banyak penulis dan manajer menggunakan istilah “pembuatan keputusan dan
pemecahan masalah” sebagai istilah yang dapat dipertukarkan, dan dalam bab ini
akan digunakan istilah pembuatan keputusan yang mencakup artian keduanya.
Proses pembuatan keputusan
1. Pemahaman dan perumusan masalah
Manajaer harus menemukan masalah
apa yang sebenarnya, dan menentukan bagian-bagian mana yang harus dipecahkan
dan bagian mana yang seharusnya dipecahkan.
2. Pengumpulan dan analisa data
yang relevan
Setelah masalahnya ditemukan, lalu ditentukan dan dibuatkan rumusannya
untuk membuat keputusan yang tepat.
3. Pengembangan alternatif
Pengembangan alternatif memungkinkan menolak kecendrungan membuat
keputusan yang cepat agar tercapai keputusan yang efektif.
4. Pengevaluasian terhadap
alternatif yang dipergunakan
Menilai efektivitas dari
alternatif yang dipakai, yang diukur dengan menghubungkan tujuan dan sumber
daya organisasi dengan alternatif yang realistik serta menilai seberapa baik
alternatif yang diambil dapat membantu pemecahan masalah.
5. Pemilihan alternatif terbaik
Didasarkan pada informasi yang diberikan kepada manajer dan
ketidaksempurnaan kebijaksanaan yang diambil oleh manajer.
6.
Implementasi keputusan.
Manajer harus menetapkan anggaran, mengadakan dan meng alokasikan sumber
daya yang diperlukan, serta menugaskan wewenag dan tanggung jawab pelaksana
tugas, dengan mempewrhatikan resiko dan ketidakpastian terhadap keputusan yang
diambil.
7.
evaluasi atas hasil keputusan
Implementasi yang telah diambil
harus selalu dimonitor terus-menerus, apakah berjalan lancar dan memberikan
hasil yang diharapkan.
Konsep Pengembangan Sistem Informasi Pengembangan sistem informasi atau yang sering disebut sebagai proses pengembangan sistem merupakan suatu tindakan atau aktifitas yang digunakan orang dalam sistem informasi untuk mengembangkan dan memelihara sistem informasi atau perangkat lunak yang lama.
Definisi Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem informasi sering disebut proses pengembangan
sistem (System Development). Terdapat beberapa definisi mengenai pengembangan
sistem informasi diantaranya adalah :
1. aktifitas
untuk menghasilkan sistem informasi berbasis computer untuk menyelesaikan
permasalahan (problem) organisasi atau memanfaatkan kesempatan (opportunities)
yang timbul.
2. Kumpulan
kegiatan para analis sistem , perancang , dan pemakai yang mengembangkan dan
mengimlementasikan sistem informasi.
3. Tahapan
kegiatan yang dilakukan selama pembangunan sistem informasi
4. Proses
merencanakan, mengembangkan , dan mengimplementasikan sistem informasi dengan
menggunakan metode , teknik , dan alat bantu pengembangan tertentu.
Sebenarnya untuk menghasilkan sistem informasi tersebut terdiri
dari :
1.
Sistem analis
Upaya mendapatkan gambaran bagaimana sistem bekerja dan masalah
– masalah apa saja yang ada pada sistem.
2. Sistem
development
Langkah
– langkah mengembangkan sistem informasi yang baru berdasarkan gambaran cara
kerja sistem dan permasalahan yang ada.
Prinsip Pengembangan Sistem
1. Sistem
yang dikembangkan adalah untuk manajemen.
2. Sistem
yang dikembangkan adalah investasi modal besar maka setiap investasi modal
harus mempertimbangkan 2 hal berikut ini :
3. Semua
alternative yang ada harus diinvestigasikan
4. Investasi
yang terbaik harus bernilai.
5. Sistem
yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik
6. Tahapan
kerja dan tugas-tugas yang baru dilakukan dalam proses pengembangan sistem
7. Proses
pengembangan sistem tidak harus urut
8. Jangan
takut membatalkan proyek
9.
Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem
Alasan diperlukan Pengembangan Sistem Informasi
1. Adanya
masalah yang timbul dari sistem yang lama
2. Untuk
meraih kesempatan – kesempatan dalam berbagai hal
3.
Adanya instuksi dari pimpinan atau adanya peraturan dari
pemerintah
Tim Pengembangan
Sistem
Pengembangan sistem
tentunya harus didukung oleh personal-personal yang kompeten di bidangnya.
Suatu Tim biasanya terdiri dari :
1. Manajer Analis Sistem
2. Ketua Analis Sistem
3. Analis Sistem Senior
4. Analis Sistem Junior
5. Pemrogram Aplikasi Senior
6. Pemrogram Aplikasi Junior
Jumlah personil Tim di atas diperlukan apabila sistem yang akan
dikembangkan cukup besar. Apabila sistem yang akan dikembangkan kecil, maka
personilnya dapat disesuaikan berdasarkan kebutuhan.
Pendekatan Pengembangan Sistem Informasi
Pendekatan Pengembangan Sistem Informasi
1.
Pendekatan
Konvensional
Pemahaman
masalah didasarkan pada pelaksanaan prosedur kerja
Pelaksanaan
pengembangan diawali dengan melihar alur dokumen dari satu bagian organisasi ke
bagian organisasi lainnya, selanjutnya ditentukan proses – proses pengolahan
datanya.
Secara
historis digunakan untuk mengembangkan sistem pengolahan transaksi yang ada di
sistem fisik.
2. Pendekatan
Funsional
a. Dekomposisi
permasalahan dilakukan berdasarkan fungsi atau proses secara hiraki, muali dari
konteks sampai proses – proses paling kecil (top down)
b. Pengembangan
dilaksanakan dengan melihat fungsi atau proses yang harus dilaksanakan oleh
sistem, data yang menjadi masukan dan keluaran, sumber dan tujuan data, serta
tempat penyimpanan data.
3. Pendekatan
Struktur Data
a. Sudut
pandang pengembangan adalah struktur data dari dokumen masukan/keluaran yang
digunakan alam sistem.
b. Struktur
tsb. Kemudian dinyatakan secara hirarki dengan menggunakan konstruksi
sequence,selection, dan repetition sampai terlihat proses pembetukannya.
4. Infromation
Enginering
a. Sistem
diangun berdasarkan kebutuhan informasi enterprise
b. Pelaksanaan
pengembangan diawali dengan proses perencaan strategis informasi dan analisis
wilayah bisnis
c. Cakupan
pengembangan adalah seluruh enterprise (enterprise-wide basis)
d. Mengaplikasikan
teknik tersturktur dan automated tools.
5. Pendekatan
Objek
a. Sudut
pandang pengembangan sistem dilakukan berdasarkan objek-objek yang ada dalam
sistem.
b. Sistem
dipandang sebagai kumpulan objek yang mempunyai atribut (data) dan operasi
(layanan) yang saling berinteraksi satu dengan yang lain.
c. Setiap
objek dalam sistem dapat menerima pewarisan (inheritance) dari objek
lainnya.
d. Setiap
objek dapat mempunyai kemampuan polimorfisme.
4.8
Model Pendukung Pengambilan Keputusan (DSS: Decision
Support System)
Sistem pendukung pengambilan keputusan kelompok (DSS) adalah
sistem berbasis komputer yang interaktif, yang membantu pengambil keputusan
dalam menggunakan data dan model untuk menyelesaikan masalah yang tidak
terstruktur. Sistem pendukung ini membantu pengambilan keputusan manajemen
dengan menggabungkan data, model-model dan alat-alat analisis yang komplek,
serta perangkat lunak yang akrab dengan tampilan pengguna ke dalam satu sistem
yang memiliki kekuatan besar (powerful) yang dapat mendukung pengambilan
keputusan yang semi atau tidak terstruktur. DSS menyajikan kepada pengguna satu
perangkat alat yang fleksibel dan memiliki kemampuan tinggi untuk analisis data
penting. Dengan kata lain, DSS menggabungkan sumber daya intelektual seorang
individu dengan kemampuan komputer dalam rangka meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan. DSS diartikan sebagai tambahan bagi para pengambil
keputusan, untuk memperluas kapabilitas, namun tidak untuk menggantikan
pertimbangan manajemen dalam pengambilan keputusannya.
Dalam suatu penelitiannya Steven S. Alter mengembangkan satu
taksonomi dari enam jenis DSS yang didasarkan pada tingkat dukungan pemecahan
masalah. Keenam jenis tersebut tampak pada gambar berikut :
Jenis DSS yang memberikan dukungan paling sedikit adalah
jenis yang memungkinkan manajer mengambil hanya sebagian kecil informasi (unsur-unsur
informasi) seperti terlihat pada kolom 1 gambar di atas. Manajer dalam hal ini
dapat bertanya pada database untuk mendapatkan angka/jumlah tingkat penyerapan
anggaran pada satu satker dibawah lingkup kerjanya.
Jenis DSS yang memberikan dukungan yang sedikit lebih tinggi
memungkinkan baginya menganalisis seluruh isi file mengenai tingkat penyerapan
anggaran pada unit-unit lain yang terkait. Contohnya adalah laporan gaji
bulanan pegawai yang disiapkan dari file gaji.
Dukungan yang lebih lagi diberikan oleh sistem yang
menyiapkan laporan total penyerapan anggaran biaya pegawai dan
tunjangan-tunjangan yang diterimanya yang diolah dari berbagai file sistem
penggajian.
Ada dua tipe DSS yang dikenal, yaitu: Model-driven DSS dan
Data-driven DSS. Jenis DSS yang pertama merupakan suatu sistem yang berdiri
sendiri terpisah dari sistem informasi organisasi secara keseluruhan. DSS ini
sering dikembangkan langsung oleh masing-masing pengguna dan tidak langsung
dikendalikan dari divisi sistem informasi. Kemampuan analisis dari DSS ini
umumnya dikembangkan berdasarkan model atau teori yang ada dan kemudian
dikombinasikan dengan tampilan pengguna yang membuat model ini mudah untuk
digunakan.
Jenis DSS yang kedua, data-driven DSS, menganalisis sejumlah
besar data yang ada atau tergabung di dalam sistem informasi organisasi. DSS
ini membantu untuk proses pengambilan keputusan dengan memungkinkan para
pengguna untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat dari data yang tersimpan
di dalam database yang besar. Banyak organisasi atau perusahaan mulai membangun
DSS ini untuk memungkinkan para pelanggannya memperoleh data dari website-nya
atau data dari sistem informasi organisasi yang ada.
Sistem Kelompok Pendukung Pengambilan Keputusan - Group
Decision Support Systems (GDSS)
GDSS merupakan sistem berbasis komputer yang interaktif
untuk memudahkan pencapaian solusi oleh sekelompok pengambil keputusan atas
permasalahan yang sifatnya tidak terstruktur. GDSS dikembangkan untuk menjawab
tantangan terhadap kualitas dan efektivitas pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh lebih dari satu orang (kelompok orang). Permasalahan yang perlu
digarisbawahi untuk pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekelompok orang
antara lain adalah banyaknya para pengambil keputusan, waktu yang harus
dialokasikan, dan meningkatnya peserta yang ada. GDSS memberikan dukungan pada
pemecahan masalah dengan menyediakan suatupengaturan yang mendukung komunikasi
bagi anggota yang tergabung dalam kelompok.
Penggunaan GDSS mampu untuk mengatasi berbagai masalah atau
potensi masalah yang mungkin akan timbul. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh
dengan penggunaan GDSS ini, antara lain adalah:
1. Meningkatkan perencanaan awal, yaitu untuk membuat
diskusi atau pertemuan menjadi lebih efektif dan efisien.
2. Meningkatkan partisipasi, sehingga setiap peserta dari
berbagai latar belakang dapat memberikan kontribusinya dengan optimal.
3. Menciptakan iklim yang lebih terbuka dan kolaboratif,
yaitu tanpa membuat pihak yang tingkatannya lebih rendah merasa takut dan
terancam. Dan juga tidak membuat pihak yang tingkatannya lebih tinggi
mendominasi jalannya suatu rapat, pertemuan/meeting.
4. Setiap ide yang ditawarkan bebas dari kritik,
memungkinkan peserta rapat, pertemuan/meeting mengkontribusikan ide atau
pendapatnya tanpa takut untuk dikritik.
5. Evaluasi yang objektif, menciptakan atmosfir di mana
suatu ide akan dievaluasi secara objektif dan tidak memandang siapa yang
memberikan ide tersebut.
6. Menghasilkan ide organisasi, yaitu bagaimana tetap
memfokuskan pada tujuan rapat, pertemuan/meeting, mencari cara yang paling
efisien untuk mengorganisir ide yang dihasilkan dalam sesi brainstorming, dan
mengevaluasi ide dalam batasan waktu yang paling sesuai.
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Eksekutif/Executive
Support Systems (ESS)
Dalam sistem pendukung pengambilan keputusan eksekutif
istilah executive support system (ESS) sering dipertukarkan dengan executive
information system (EIS). Namun, ada juga yang membedakan keduanya. Jika
dibedakan, EIS sering didefinisikan sebagai sistem informasi berbasis komputer
yang menyajikan kebutuhan informasi eksekutif puncak. Sistem ini memberikan
akses cepat atas informasi dan laporan manajamen. Di sisi lain, ESS adalah
sistem pendukung komprehensif yang mempunyai kemampuan lebih dari EIS. ESS
menyangkut juga sistem komunikasi, otomatisasi kantor, dukungan analisis, dan
intelejensia.
ESS dibangun terutama untuk menyajikan gambaran operasional
suatu organisasi; melayani kebutuhan informasi eksekutif puncak; menyajikan
tampilan yang akrab di pengguna, sesuai dengan tipe keputusan individu,
menyajikan penelusuran dan pengendalian yang tepat waktu dan efektif;
menyajikan akses cepat atas informasi rinci dengan teks, angka, atau grafik;
mengindentifikasikan masalah; serta menyaring, mengkompres, dan melacak data
dan informasi kritikal.
Karakteristik utama yang dimiliki ESS adalah kemampuan melihat
rincian, menginformasikan faktor keberhasilan kritikal (critical success
factors), akses status, analisis, pelaporan eksepsi (exception reporting),
penggunaan warna, navigasi informasi, dan komunikasi.
Sistem Pakar - Expert Systems (ES)
Para ahli atau pakar biasanya memiliki pengetahuan
(knowledge) dan pengalaman khusus untuk masalah tertentu. Mereka paham betul
alternatif pemecahan, kemungkinan keberhasilannya, serta keuntungan dan
kerugian yang mungkin timbul. Mereka biasanya digunakan oleh instansi untuk
memberi nasehat atas masalah tertentu, seperti pada Departemen Pertahanan
masalah pembelian peralatan militer yang teknologinya canggih, penyelesaian
tuntutan pembubaran Bisnis TNI, perampingan/reorganisasi departemen, dan
strategikomunikasi dengan media massa. Makin tidak terstruktur masalahnya,
makin spesialis nasehat yang dibutuhkan dari mereka.
Expert systems (ES) mencoba untuk meniru pengetahuan pakar
tersebut. Sistem ini biasanya digunakan jika organisasi harus memberikan
keputusan atas suatu masalah yang kompleks. Secara khusus, ES adalah paket
komputer untuk memecahkan atau mengambil keputusan atas suatu masalah spesifik
atau terbatas, yang kemampuan pemecahannya dapat sama atau melebihi suatu
tingkat kemampuan seorang pakar.
ES bisa dibagi dalam dua bagian: lingkungan pengembangan
(development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment).
Lingkungan pengembangan digunakan oleh pengembang ES untuk membangun komponen
komponen ES dan menempatkan pengetahuan (knowledge) pada basis pengetahuan
(knowledge base). Lingkungan konsultansi digunakan oleh non-pakar untuk
memperoleh pengetahuan dan nasehat para pakar yang disimpan di sistem.
Tiga komponen utama yang biasanya ada dalam ES adalah basis
pengetahuan, mesin inferensi (inference engine), dan tampilan pengguna (user
interface).
4.9
Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar
A.
Pengertian Kecerdasan Buatan
Kecerdasan Buatan atau Intelegensi Artifisial didefinisikan sebagai kecerdasan entitas ilmiah.
Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer. Kecerdasan diciptakan dan
dimasukkan ke dalam suatu mesin agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat
dilakukan manusia. Beberapa macam bidang yang menggunakan kecerdasan
buatan antara lain sistem pakar, permainan komputer, logika fuzzy,
Banyak hal yang kelihatannya sulit untuk kecerdasan manusia, tetapi untuk informatika relatif tidak bermasalah. Seperti contoh:
mentransformasikan persamaan, menyelesaikan persamaan integral, membuat permainan
catur atau Backgammon. Di sisi lain, hal yang bagi manusia kelihatannya
menuntut sedikit kecerdasan, sampai sekarang masih sulit untuk direalisasikan
dalam informatika . Seperti contoh:
Pengenalan Obyek/Muka, bermain sepak bola.
Walaupun AI memiliki konotasi fiksi ilmiah yang kuat, AI membentuk cabang
yang sangat penting pada ilmu komputer, berhubungan dengan perilaku,
pembelajaran dan adaptasi yang cerdas dalam sebuah mesin. Penelitian dalam AI
menyangkut pembuatan mesin untuk mengotomatisasikan tugas-tugas yang
membutuhkan perilaku cerdas. Termasuk contohnya adalah pengendalian,
perencanaan dan penjadwalan, kemampuan untuk menjawab diagnosa dan pertanyaan
pelanggan, serta pengenalan tulisan tangan, suara dan wajah. Hal-hal seperti
itu telah menjadi disiplin ilmu tersendiri, yang memusatkan perhatian pada
penyediaan solusi masalah kehidupan yang nyata. Sistem AI sekarang ini sering
digunakan dalam bidang ekonomi, obat-obatan, teknik dan militer, seperti yang
telah dibangun dalam beberapa aplikasi perangkat lunak komputer rumah dan video
game.
'Kecerdasan buatan' ini bukan hanya ingin mengerti apa itu sistem kecerdasan,
tapi juga mengkonstruksinya.
Tidak ada definisi yang memuaskan untuk 'kecerdasan':
1. kecerdasan: kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan menggunakannya
2. atau kecerdasan yaitu apa yang diukur oleh sebuah 'Test Kecerdasan'
.
B.
Pengertian Sistem Pakar
Sistem Pakar adalah sistem informasi yang berisi dengan pengetahuan dari pakar sehingga
dapat digunakan untuk konsultasi. Pengetahuan dari pakar di dalam sistem ini
digunakan sebagi dasar oleh Sistem Pakar untuk menjawab pertanyaan
(konsultasi).
Kepakaran (expertise) adalah pengetahuan yang ekstensif dan spesifik yang
diperoleh melalui rangkaian pelatihan, membaca, dan pengalaman. Pengetahuan
membuat pakar dapat mengambil keputusan secara lebih baik dan lebih cepat
daripada non-pakar dalam memecahkan problem yang kompleks. Kepakaran mempunyai
sifat berjenjang, pakar top memiliki pengetahuan lebih banyak daripada pakar
yunior. Tujuan Sistem Pakar adalah untuk mentransfer kepakaran dari seorang
pakar ke komputer, kemudian ke orang lain (yang bukan pakar).
Sistem pakar adalah suatu program yang mengandung pengetahuan dari satu atau lebih pakar manusia mengenai suatu bidang spesifik. Jenis program ini
pertama kali dikembangkan oleh periset kecerdasan buatan pada dasawarsa 1960-an dan
1970-an dan diterapkan secara komersial selama 1980-an. Bentuk umum sistem
pakar adalah suatu program yang dibuat berdasarkan suatu set aturan yang
menganalisis informasi (biasanya diberikan oleh pengguna suatu sistem) mengenai
suatu kelas masalah spesifik serta analisis matematis dari masalah tersebut.
Tergantung dari desainnya, sistem pakar juga mampu merekomendasikan suatu
rangkaian tindakan pengguna untuk dapat menerapkan koreksi. Sistem ini
memanfaatkan kapabilitas penalaran untuk mencapai suatu simpulan.
C.
Ciri Sistem Pakar
1. Memiliki informasi yang lebih handal.
2. Mudah di modifikasi dan dapat beradaptasi.
3. Dapat digunakan dalam berbagai jenis komputer.
D.
Ciri Kecerdasan Buatan.
1. Pemrosesan AI lebih pada simbolik.
E.
Tujuan Sistem Pakar
1. Membuat mesin menjadi lebih pintar (tujuan utam)
2. Memahami apa itu kecerdasan (tujuan ilmiah)
3. Membuat mesin lebih bermanfaat (tujuan entrepreneurial).
F. Tujuan
Kecerdasan Buatan AI
1. Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli.
2. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar.
3. Meningkatkan output, produktivitas dan kualitas.Kelemahan Sistem Pakar.
G.
Kelemahan Sistem Pakar
Di samping memiliki beberapa keuntungan, sistem pakar juga memiliki
beberapa kelemahan, antara lain :
1. Biaya yang diperlukan untuk membuat dan memeliharanya sangat mahal.
2. Sulit dikembangkan. Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan ketersediaan
pakar di bidangnya.